KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah kimia polimer ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas sintesis polilaktida pada mata kuliah kimia polimer di Politeknik AKA Bogor. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
sintesis polimer.
Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Kartini selaku dosen pengampu mata kuliah kimia
polimer. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Bogor, 18 Oktober 2020
Penulis
ABSTRAK
Berkurangnya
sumber daya fosil dan meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di atmosfer
telah memfokuskan perhatian pada pengembangan plastik berbasis bio. Upaya
tersebut dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan biologis untuk dikonversikan
menjadi polimer biodegradableramah lingkungan. Polilaktida (PLA) merupakan polimer
yang serbaguna, biodegradabledan berasal dari sumber daya terbarukan sehingga
berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengganti plastik konvensional. Pembuatan
polilaktida (PLA) dari asam laktat dengan metode polimerisasi pembukaan cincin
dilakukan menggunakan 3 tahapan proses yaitu polikondensasi, depolimerisasi dan
polimerisasi. Polikondensasi menghasilkan oligomer PLA, depolimerisasi mengubah
oligomer menjadi senyawa siklik ester (laktida) dan polimerisasi laktida
menghasilkan PLA. Salah satu faktor yang mempengaruhi beratmolekulPLA
adalahoptical puritylaktida. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan
konsentrasi katalisoptimumdalampembuatanlaktida melalui tahapan polikondensasi
dan depolimerisasi serta menghasilkan PLA dengan metode polimerisasi pembukaan
cincin laktida menggunakan katalis lipase Candida rugosa 1%(b/b). Tahapan
penelitian meliputi polikondensasi asam laktat pada temperatur 150-180oC
selama 4 jam, depolimerisasi berlangsung tanpa katalis dan dengan variasi
konsentrasi katalis SnCl2 0,05; 0,1; 0,2 % (b/b) pada temperatur 210oC,
tekanan vakum selama 3 jam sertapolimerisasi laktida dengan variasi temperatur
45, 70 dan 90oC. Dari hasil analisa 1HNMR didapatkan spektrumH
kuartet dan H dobletdari laktida berada pada pergeseran proton 5,07-5,02 ppm
dan 1,65-1,68 ppm. Spektrum ini menandakan bahwalaktida yang dihasilkan
mempunyai optical purityL-laktida. Temperatur polimerisasi mempengaruhi berat
molekul PLA yang dihasilkan. Berat molekul PLA yang dihasilkansemakin tinggi
seiring dengansemakin tingginya temperatur polimerisasi. Berat molekul PLA yang
dihasilkan maksimum sebesar 2833 gr/mol pada temperatur polimerisasi 90 oC.
DAFTAR ISI
2.2.1 Polimer Berdasarkan Reaksi Pembentuknya
2.2.2 Polimer Berdasarkan Sifatnya
2.2.3 Polimer Berdasarkan Asalnya
2.2.4 Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya
2.4 Jenis-jenis Sintesis Polimer
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari
– hari, kita sering menggunakan berbagai bahan kimia. Sebagian besar dari
masyarakat tidak menyadari akan bahaya dari bahan – bahan kimiatersebut, bahan
kimia yang banyak digunakan didalam kehidupan sehari - hari memangtidak
memberikan akibat secara langsung dan cepat namun, membutuhkan waktu lama. Kita
mungkin tahu polimer yang merupakan suatu golongan bahan kimia yang banyak
digunakan dalam kehidupan kita sehari – hari maupun dalam industri. Polimer
meliputi plastik, karet, serat, dan nilon. Beberapa senyawa penting dalam tubuh
makhluk hidup, yaitu karbohidrat (polisakarida), protein, dan asam nukleat, juga
merupakan polimer. Kita hidup dalam era polimer. Bahan-bahan polimer alam yang
sejak dahulu telahdikenal dan diman"aatkan, seperti kapas, wool, dan
damar. Polimer sintesis dikenal mulai tahun 1925, dan setelah hipotesis
makromolekul yang dikemukakan oleh Staudinger mendapat hadiah 'obel pada tahun
1955, teknologi polimer mulai berkembang pesat. Beberapa contoh polimer
sintesis yang ada dalam kehidupan sehari-hari, antara lain serat-serat tekstil
poliester dan nilon, plastik polietilena untuk botol susu, karet untuk ban
mobildan plastik poliuretana untuk jantung buatan.
1.2
Rumusan Masalah
a. Apa
yg dimaksud polimer ?
b. Bagaimana
klasifikasi polimer ?
c. Apa
saja jenis dari polimer ?
d. Apa
yng di maksud sintesis polimer ?
e. Apa
saja jenis-jenis sintesis polimer ?
f. Apa
sifat fisika, kima dan mekanik polimer ?
1.3
Tujuan
a. Mengetahui
definisi polimer
b. Mengetahui
klasifikasi dari polimer
c. Mengetahui
jenis-jenis polimer
d. Untuk
mengetahui definisi sintesis polimer
e. Untuk
mengetahui jenis-jenis sinstesis dari polimer
f. Untuk
mengetahui sifat-sifat dari polimer
1.4
Manfaat
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk
memenuhi tugas kimia polimer. Selain itu untuk
melatih penulis dalam mengembangkan keterampilan membuat naskah makalah,
melatih untuk menggabungkan hasil karya tulis dari berbagai sumber dan menambah
cakrawala ilmu pengatahuan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Polimer
Suatu
molekul raksasa (makromolekul) yang
terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia
disebut polimer (poly = banyak; mer = bagian). Suatu polimer akan
terbentuk bila seratus atau seribu unit molekul yang kecil (monomer), saling berikatan dalam suatu
rantai. Jenis-jenis monomer yang saling berikatan membentuk suatu polimer
terkadang sama atau berbeda. Sifat-sifat polimer berbeda dari monomer-monomer
yang menyusunnya.
Sekalipun
biasanya merupakan organic (memiliki rantai karbon), ada juga banyak polimer
inorganik. Contoh terkenal dari polimer adalah plastik dan DNA. Polimer
didefinisikan sebagai rangkaian satu atau kebih dari satu unit monomer. Manusia
sudah berabad0abad menggunakan polimer dalam bentuk minyak, aspal, damar dan
permen karet. Tapi industry polimer modern baru mulai berkembang pada masa
revolusi industri. Di akhir 1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi sebentuk
karet alami yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai “vulkanisasi”. 40
tahun kemudian Celluloid (sebentuk plastik keras dari nitrocellulose) berhasil
dikomersialisasikan.
2.2
Jenis-jenis Polimer
2.2.1
Polimer
Berdasarkan Reaksi Pembentuknya
Dua
jenis utama dari reaksi polimerisasi adalah polimerisasi adisi dan polimerisasi
kondensasi. Jenis reaksi yang monomernya mengalami perubahan reaksi tergantung
pada strukturnya. Suatu polimer adisi memiliki atom yang sama seperti monomer
daalam unit ulangannya, sedangkan polimer kondensasi mengandung atom-atom yang
lebih sedikit kerena terbentuknya produk sampingan selama berlangsungnya proses
polimerisasi.
a. Polimer
Adisi
Reaksi
pembentukan teflon dari monomer-monomernya tetrafluoroetilen, disebut reaksi adisi. Perhatikan
gambar yang menunjukkan bahwa monomer etilena mengandung ikatan rangkap dua,
sedangkan di dalam polietilena tidak terdapat ikatan rangkap dua.
Monomer etilena mengalami reaksi adisi membentuk
polietilena yang digunakan sebagai tas plastic, pembungkus makanan, dan botol.
Pasangan elektron ekstra dari ikatan rengkap dua pada tiap monomer etilena
digunakan untuk membentuk suatu ikatan baru menjadi monomer lainnya.
Menurut jenis reaksi adisi ini, monomer-monomer yang
mengandung ikatan rangkap dua saling bergabung, satu monomer masuk ke monomer
lain, membentuk rantai panjang. Produk yang dihasilkan dari reaksi polimerisasi
adisi mengandung semua atom dari monomer awal. Berdasarkan diatas, yang
dimaksud polimerisasi adisi adalah polimer yang terbentuk dari reaksi
polimerisasi disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari
monomer-monomernya yang membentuk ikatan tunggal. Dalam reaksi ini tidak
disertai terbentuknya molekul-molekul kecil seperti H2O atau NH3
b. Polimer
kondensasi
Polimer
kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau
monomer yang berbeda. Dalam polimerisasi kondensasi kadang-kadang disertai
dengan terbentuknya molekul kecil seperti H2O, NH3 atau
HCl.
Didalam jenis reaksi polimerisasi yang kedua ini,
monomer-monomer bereaksi secara adisi untuk membentuk rantai. Namun demikian,
setiap ikatan baru yang dibentuk akan bersamaan dengan dihasilkannya suatu
molekul kecil – biasanya air – dari atom-atom monomer. Pada reaksi semacam ini,
tiap monomer harus mempunyai dua gugus fungsional sehingga dapat menambahkan
pada tiap ujung ke unit lainnya dari rantai tersebut. Jenis reaksi polimerisasi
ini disebut reaksi kondensasi. Dalam polimerisasi kondensasi, suatu atom
hydrogen dari satu ujung monomer bergabung dengan gugus-OH dari ujung monomer
yang lainnya untuk membentuk air.
2.2.2
Polimer
Berdasarkan Sifatnya
a. Termoplas
Yaitu
polimer yang melunak jika dipanaskan, dan dapat dicetak kembali menjadi bentuk
lain. Sifat ini disebabkan oleh struktur termoplas yang terdiri dari
rantai-rantai panjang dengan gaya interaksi antar molekul yang lemah.
Sifat-sifat lain dari termoplas adalah ringan, kuat, dan transparan. Contoh
termoplas adalah polietilena, polipropilena, PET, dan PVC.
b. Termoset
Yaitu
polimer yang memiliki bentuk permanen dan tidak menjadi lunak jika dipanaskan.
Sifat ini disebabkan oleh ada banyaknya ikatan kovalen yang kuat antara
rantai-rantai molekul. Pemanasan termoset pada suhu yang terlalu tinggi dapat
memutuskan ikatan-ikatan tersebut dan bahkan membuat termoset menjadi terbakar.
Contoh termoset adalah bakelit dan melamin.
c. Elastomer
Yaitu
polimer yang elastis; bentuknya dapat diregangkan, namun dapat kembali ke
bentuk semula setelah gaya tariknya dihilangkan. Elasitisita ini disebabkan
oleh struktur elastomer yang terdiri dari rantai-rantai yang saling tumpang
tindih dengan adanya ikatan silang (cross-link) yang akan menarik kembali
rantai-rantai tersebut kembali ke susunan tumpang tindihnya. Contoh elastomer
adalah karet alam (poliisoprena) dan karet sintetis SBR.
2.2.3
Polimer
Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan
asalnya, polimer dibedakan atas polimer alam dan polimer buatan. Polimer alam
telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, seperti amilum, selulosa, kapas,
karet, wol dan sutra. Polimer buatan dapat berupa polimer regenerasi dan
polimer sintetis. Polimer regenerasi adalah polimer alam yang dimodifikasi.
Contohnya rayon, yaitu serat sintetis yang dibuat dari kayu(selulosa). Polimer
sintetis adalah polimer yang dibuat dari molekul sederhana (monomer) dalam
pabrik.
2.2.4
Polimer
Berdasarkan Jenis Monomernya
a. Homopolimer
Homopolimer merupakan polimer yang
terdiri dari satu macam monomer, dengan struktur polimer….. – A – A – A – A – A
- ……….
b. Kopolimer
Kopolimer
merupakan polimer yang tersusun dari dua macam atau lebih monomer. Contoh :
polimer SBS (polimer stirena-butadiena-stirena)
2.3
Sintesis Polimer
Polimer disintesis dari senyawa yang
memiliki massa molekul kecil melalui reaksi polimerisasi dan polikondensasi,
serta melalui transformasi kimia dari polimer alami dan sintesis lainnya.
2.4
Jenis-jenis Sintesis Polimer
2.4.1
Polimerisasi
Polimerisasi merupakan suatu reaksi
gabungan dari beberapa molekul (monomer-monomer), yang tidak menyertai
pembentukan produk dan tidak melibatkan perubahan dalam komposisi unsurnya.
Berikut akan dijelaskan jenis rantai
dan tahapan reaksi dalam pembentukan polimerisasi.
a. Rantai polimerisasi
Teori
rantai polimerisasi dikemukakan oleh S. Medvedev sedangkan teori reaksi
berantai dikemukakan oleh N. Semenov’s. Rantai polimer merupakan suatu
senyawa yang memiliki ikatan rangkap [contoh etilen CH2 = CH2,
isobutilen (CH3)2C = CH2, dan vinil klorida CH2
= CHCl], atau tidak stabil pada senyawa yang mengandung heteroatom (contoh
etilen oksida H2C ― CH2).
b. Reaksi rantai polimerisasi
Reaksi rantai polimerisasi memiliki
tiga tahap reaksi, yaitu :
1. Aktivasi atau inisiasi, yang
melibatkatkan molekul monomer :
M → M* (molekul monomer dalam
keadaan tereksitasi atau pusat aktif)
2.
Tahap
propagasi :
M* + M →
+ M →
+ M →
dst...
+ M →
(pembentukan molekul polimer yang aktif)
3.
Tahap
terminasi :
→ (molekul polimer yang tidak aktif)
Pusat aktif dalam reaksi rantai polimerisasi disebut juga
radikal bebas atau ion, dan secara berturut-turut reaksi ini disebut reaksi
polimerisasi radikal atau ionik.
c.
Polimerisasi
radikal
Secara
fisika dan kimia polimerisasi radikal dapat menghasilkan radikal bebas :
M → R∙
Radikal
bebas primer yang dihasilkan dengan ikatan rangkap pada monomernya tidak dapat
mengalami eksitasi namun mampu menghasilkan radikal yang baru dengan interaksi
yang lebih jauh dibandingkan monomer sebelumnya (tahap propagasi) :
R∙ + M → R
― M∙
R ― M∙ → R
― M ― M∙
dst...
R ― M ― M∙
→ R ― ―M∙
Makro
molekul yang dihasilkan dapat menonaktifkan molekul polimer (tahap terminasi)
seperti di bawah ini :
·
Radikal
primer digabungkan kembali
R∙ + R∙ → R ― R
·
Makro radikal digabungkan
Rn-1―M∙
+ Rm-1―M∙ → Pn+m
·
Makro
radikal digabungkan dengan radikal primer
Rn-1―M∙
+ Rm∙→ Pn+m
·
Pembandingan
d.
Polimerisasi
ionic
Dalam
polimerisasi ionik yang berfungsi sebagai pusat aktif adalah ion. Reaksi ini
berlangsung dengan adanya katalis.Tergantung pada muatan ion yang terbentuk,
mungkin polimerisasi kationik atau anionik. Polimerisasi kationik atau
karbonium melibatkan pembentukan ion karbonium, yang merupakan senyawa polar
dengan atom karbon trikovalen dan bermuatan positif.Polimerisasi katalis dari
karbonium adalah senyawa yang berfungsi sebagai akseptor elektron (aluminium,
klorida, klorida stanik titanium tetraklorida, boron fluorida, dll), monomer
polimerisasi dapat mendonorkan elektron (stirena terhadap SnCl4).
Polimerisasi
anionik atau karbonium melibatkan pembentukan karbonium, dengan senyawa atom
karbon trikovalen bermuatan negatif . Polimerisasi anionik terjadi dengan
adanya katalis yang menghasilkan elektron dari atom pendonor,seperti natrium
amida, tripenilmetil sodium, logam alkali, alkylalkali, dll. Polimerisasi ini
terjadi dengan mekanisme karbonium dalam kasus monomer yang mengandung senyawa
yang elektronegatif pada salah satu atom karbon yang dihubungkan oleh ikatan
ganda; seperti akrilonitril, metil metakrilat, dll. Polimerisasi ionik dapat
terjadi dengan menggunakankatalis lebih dari satu (kokatalis), misalnya seperti
alkil logam dan klorida logam tergantung dengan angka valensi (TiCl3,
TiCl4).
e.
Polimerisasi
stereospesifik
Polimerisasi
stereospesifik adalah suatu proses yang menghasilkan polimer stereoregular. Hal
ini dilakukankan oleh ion atau mekanisme radikal. Polimerisasi stereospesifik
ditemukan oleh Natta ilmuan dari Italia.
f.
Kopolimerisasi
Kopolimerisasi
adalah polimerisasi yang melibatkan dua atau lebih struktur monomer yang
berbeda. Sifat-sifat polimer yang disintesis oleh kopolimerisasi dapat
divariasikan melalui berbagai jenis sesuai dengan rasio monomer. Selain itu,
beberapa senyawa tunggal, yang tidak mampu melakukan polimerisasi secara
terpisah, namun polimerisasi ini dapat berlangsung jika direaksikan dengan
senyawa tunggal lainnya.
Kopolimerisasi
dapat digunakan untuk memperoleh struktur polimer linear, bercabang, dan
silang. Dengan demikian, polimer silang terbentuk jika molekul dari satu
monomer yang mengandung dua ikatan ganda, bahkan jika jumlah monomer yang
ditambahkan sangat kecil. Jumlah yang sedikit seperti divinylbenzen ditambahkan
ke dalam stirena, mereka akan mengalami kopolimerisasidan membentuk kopolimer
leleh yang tidak dapat larut dengan struktur silang :
Bahan ini
digunakandalam praktekuntuk membuatresin pertukaranion(Bab
20).Namun,pembentukan polimer silangs elama polimerisasi tidak diinginkan. Misalnya,
ketika mempersiapkan monovinylasetilen untuk membentuk sintesis
kloroprenasetilen, divinylasetilen CH2=CH―C≡C―CH=CH2
berbentuk sebagai produk. Keberadaan polimerisasi kloropren menyebabkan
struktur dari polikloropren membentuk struktur silang, yang membuat polimer
sulit untuk bergerak. Kemudian, untuk mendapatkan polikloropren berkualitas
tinggi monovinylacetylen harus benar-benar bebas dari kotoran.
g.
Tahap
reaksi polimerisasi
Tahap
reaksi polimerisasi adalahgabungan dari beberapamolekuldengan penambahanmolekulmonomersatu
dengan yanglain secara bertahap sebagai akibat darimigrasidaribeberapa
pergerakan atom(sebagian besar atom hidrogen) dari satumolekul ke molekul yang
lain. Sebuah contoh darilangkahreaksi
polimerisasiadalahpolimerisasidiisosianatdanalkoholdihidratke dalam
poliuretanlinear :
Reaksi
diisosianat dengan alkohol trihydrik (misalnya, gliserol atau trimetilpropena)
menghasilkan polimer silang. Poliuretan juga membentuk silang karena kelebihan
diisosianat.
2.4.2
Polikondensasi
Polikondensasi adalah gabungan dari beberapa molekul yang
saling berikatan ataupun yang sukar berikatan sehingga membentuk struktur dan
senyawa yang baru, dengan menggunakan massa molekul yang relatif rendah.
Monomer yang digunakan harus mengandung setidaknya dua gugus fungsional (OH,
COOH, NH2, dll) dalam molekul. Fungsinya untuk memberikan pengaruh
yang besar terhadap struktur dan sifat polimer yang dihasilkan . Dengan
demikian, senyawa monofungsional menghasilkan produk dengan molekul yang
rendah. Polikondensasi dari dua fungsional menghasilkansenyawayang tidak linear
atau siklik dengan massa molekul tinggi, sementara tri- dan tetra- dapat
menghasilkan polimer dengan struktur tiga dimensi.
Polikondensasi alkoholdihidrat dapat menghasilkan polieter
yang linear :
nHO―R―OH
+ mHO―R’―OH → ... ―R―O―R’―O―...
Alkohol dihidrat bereaksi dengan asam dikarboksilat untuk
membentuk poliester dengan rumus umum :
...
―O―R―OOC―R’ ―CO―...
Poliesterdibentuk oleh polikondensasi alkohol dihidrat
dengan asam atau anhidrid, misalnya dengan anhidrid maleat :
...
―O―CH2―CH2―O―C―CH=CH―C―O―...
O O
Polikondensasi dari asam dikarboksilat dengan diamina dapat
menghasilkan poliamida :
nHOOC―R―COOH
+ MH2N―R’―NH2 → ... ―C―R―C―NH―R’―NH―
O O
Akhir-akhir ini senyawa aromatik digunakan untuk reaksi polikondensasi.
Sebagai contohpolikondensasi etilena glikol dengan asam tereftalat yang
menghasilkan poli(etileneterphthalate) :
+ nHO―CH2―CH2―OH →
→
Polikondensasi asam dikarboksilat dengan aromatik dihidrit
fenol, hydroquin, resokinol atau phenolpthalein, akan menghasilkan poliakrilat
:
nHOOC―R―COOH
+ nHO―Ar―OR → ...―OArOC―R―CO―...
O
Polikondensasi asam dikarboksilat dengan aromatik diamina
dapat menghasilkan panas dalam pembentukan polimer. Misalnya, ketika asam
isoftalat klorida menglamipolikondensasikan dengan m-phenilenadiamina terbentuk
polimer yang disebut poliphenilon :
Polikondensasi senyawa dengan fungsionalitas tiga atau lebih
dengan penambahan reagen khusus (harseners) untuk membentuk ikatan silang dalam
struktur polimer tiga dimensi. Sebuah contoh khas dari polikondensasi alkohol
trihidrik dengan asam dikarboksilat adalah polikondensasi gliserol dan asam
phthalik :
Sebuah contoh sederhana pembentukan polimer dengan struktur
tiga dimensi adalah polikondensasi fenol dengan aldehida. Reaksi fenol dengan
formaldehid menghasilkan struktur polimer yang bercabang dengan massa
molekulnya rendah, yang dikenal sebagai resol: dengan pemanasan lebih lanjut
maka dihasilkan resitol, yang memiliki struktur tiga dimensi dengan kepadatan
polimernya yang rendah :
Tahap
akhir dari proses ini adalah pembentukan resites, dengan kepadatan polimernya
yang tinggi :Urea dan melamin dapat dihasilkan dengan reaksi serupa seperti
diatas.
2.5
Sifat Mekanik Polimer
a. Kekuatan Tarik (Tensile Strength):
Kekuatan tarik adalah tegangan yang
dibutuhkan untuk mematahkan suatu sampel. Kekuatan tarik penting untuk polymer
yang akan ditarik, contohnya fiber, harus mempunyai kekuatan tarik yang baik.
b. Compressive strength:
Adalah ketahanan terhadap tekanan.
Beton merupakan contoh material yang memiliki kekuatan tekan yang bagus. Segala
sesuatu yang harus menahan berat dari bawah harus mempunyai kekuatan
tekan yang bagus
c. Flexural strength:
Adalah ketahanan pada bending
(flexing). Polimer mempunyai flexural strength jika dia kuat saat dibengkokkan.
d. Impact strength :
Adalah ketahanan terhadap tegangan
yang datang secara tiba-tiba. Polimer mempunyai kekuatan impak jika dia kuat
saat dipukul dengan keras secara tiba-tiba seperti dengan palu.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Sintesis Polilaktida
Sintesis
polilaktida dari asam laktat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu
polikondensasi, depolimerisasi, dan polimerisasi. Diagram alir sintesis
polilaktida dari asam laktat dapat dilihat dibawah ini.
a.
Polikondensasi
Asam laktat dengan volume tertentu dimasukkan ke
dalam labu leher 4 dan dipanaskan pada temperatur 150-180˚C selama 4 jam pada
tekanan atmosfer dan dialirkan nitrogen secara kontinyu. Air hasil kondensasi
ditampung dalam penampung kondensat. Sampel diambil untuk dianalisa gugus
fungsi dan struktur molekul.
b.
Depolimerisasi
Produk polikondensasi dipanaskan pada
temperatur 210˚C pada tekanan vakum selama 3 jam tanpa katalis dan dengan
variasi jumlah katalis SnCl2 (0,05, 0,1 dan 0,2 %(b/b). Setelah
proses depolimerisasi selesai, valve penghubung vakum ditutup perlahan. Sampel
diambil untuk dianalisa gugus fungsi dan struktur molekul.
c.
Polimerisasi
Laktida yang dihasilkan pada proses
depolimerisasi dipanaskan pada temperatur 70˚C, kemudian ditambahkan lipase
dengan konsentrasi tertentu. Campuran dipanaskan pada tekanan atmosferik dengan
variasi temperature 45, 70, dan 90˚C dan konsentrasi lipase 1% (b/b) dengan
lamanya proses polimerisasi 72 jam.
Produk PLA yang dihasilkan dilarutkan
menggunakan kloroform, kemudian dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan lipase.
Endapan hasil sentrifugasi dipisahkan melalui penyaringan dan cairan bening
hasil sentrifugasi dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan metanol
berlebih, untuk mengendapkan PLA. PLA berupa serbuk putih yang terbentuk
kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 45˚C selama 1-2 jam.
Analisa Kualitatif dan Kuantitatif
Analisa yang dilakukan untuk tahap polikondensasi, depolimerisasi dan
polimerisasi meliputi analisa berat molekul, gugus fungsi dan struktur molekul.
·
Analisa Struktur
molekul dengan Nuclear Magnetic Resonance (HNMR)
·
Analisa Berat
Molekul Analisa berat molekul rata-rata dapat dilakukan menggunakan Gel
Permeation Chromatography (GPC). BM komponen dalam cuplikan Analit yg lebih kecil
akan memasuki pori lebih mudah, waktu retensinya akan lebih lama. Sebaliknya,
analit yg lebih besar sedikit memasuki pori sehingga lebih cepat terelusi
·
Analisa gugus
fungsi menggunakan fourier transform infrared (FTIR). instrumen yang banyak digunakan untuk
mengetahui spektrum vibrasi molekul yang dapat digunakan untuk memprediksi
struktur senyawa kimia
1. Polikondensasi
Polikondensasi
merupakan penggabungan 2 atau lebih monomer asam-2-hidroksipropanoat (asam
laktat) menjadi dimer, trimer, sampai menghasilkan oligomer rantai pendek.
2.
Depolimerisasi
Depolimerisasi
merupakan penguraian senyawa organik menjadi 2 molekul atau lebih dalam hal ini
pemutusan ikatan oligomer menjadi siklik laktida.
3. Polimerisasi
Polimerisasi bertahap laktida dengan
metode pembukaan cincin untuk menghasilkan polilaktida (PLA) dari asam laktat
melalui proses polikondensasi dan depolimerisasi.
Pada tahap polikondensasi keberadaan molekul air
harus selalu minimum atau bahkan tidak ada agar reaksi kesetimbangan selalu
bergeser ke arah kanan membentuk produk, sehingga air pada umpan perlu
dihilangkan melalui evaporasi pada temperatur di atas titik didih air dan
tekanan atmosferik. Setelah itu dilanjutkan tahap oligomerasi, dimana L-asam
laktat mengalami reaksi polikondensasi menjadi oligomer PLA.
Molekul asam laktat yang memiliki gugus fungsi
hidroksil (-OH) dan asam karboksilat (COOH), mengalami reaksi esterifikasi
akibat interaksi intermolekuler dan intramolekuler. Interaksi intermolekuler
molekul asam laktat pada reaksi polikondensasi menyebabkan terbentuknya dimer,
trimer, dan oligomer dan menghasilkan molekul air (H2O), sedangkan interaksi intramolekuler
mengakibatkan perubahan bentuk dimer asam laktat menjadi laktida. Laktida yang
terbentuk kemudian dibuat menjadi polilaktida dengan metode pembukaan cincin.
Sintesis PLA melalui mekanisme polimerisasi
pembukaan cincin laktida umumnya menggunakan katalis logam, seperti oksida Zn
dan Sn. Kelemahan penggunaan katalis logam dalam memproduksi PLA adalah
terkontaminasinya produk yang dihasilkan oleh logam yang digunakan sehingga
tindakan pemurnian perlu dilakukan, terutama ketika polimer tersebut digunakan
untuk aplikasi biomedis.
3.1.1
Sifat kimia dan
fisika polilaktida
Karena sifat kiral asam laktat, ada beberapa bentuk
polilaktida yang berbeda: poli-L-laktida (PLLA) adalah produk yang dihasilkan
dari polimerisasi L, L-laktida (juga dikenal sebagai L-laktida). PLA larut
dalam pelarut, benzena panas, tetrahidrofuran, dan dioksan
Polimer PLA berkisar dari polimer kaca amorf hingga
semi-kristal dan polimer sangat kristal dengan transisi kaca 60–65 °C, suhu
leleh 130-180 °C, dan modulus elastisitas 2,7–16 GPa. PLA tahan panas dapat menahan suhu 110 °C.
Sifat mekanik dasar PLA adalah antara polistiren dan PET. Suhu leleh PLLA dapat
ditingkatkan hingga 40–50 °C dan suhu defleksi panasnya dapat ditingkatkan dari
sekitar 60 °C menjadi hingga 190 °C dengan mencampurkan polimer secara fisik
dengan PDLA (poli-D-laktida). PDLA dan PLLA membentuk stereokompleks yang
sangat teratur dengan peningkatan kristalinitas. Stabilitas suhu dimaksimalkan
ketika campuran 1:1 digunakan, tetapi bahkan pada konsentrasi yang lebih rendah
dari 3–10% PDLA, masih ada peningkatan yang substansial. Dalam kasus terakhir,
PDLA bertindak sebagai agen nukleasi, sehingga meningkatkan laju kristalisasi.
Biodegradasi PDLA lebih lambat daripada PLA karena kristalinitas PDLA yang lebih
tinggi. Modulus elastisitas PLA lebih tinggi dari polistiren dan PLA memiliki
ketahanan panas yang baik.
3.1.2
Manufactur dan aplikasi
Proses
manufacturing polilaktida menggunakan metode extrusion. Biji polimer dimasukkan
ke sebuah alat yang dipanaskan pada suhu titik leleh polilaktida 180 oC
dan didorong menuju die, polimer dibentuk panjang membentuk benang karena pada
pengaplikasiannya digunakan sebagai benang jahit pada bidang medis dan proses ini
dilakukan secara continue. Polilaktida juga dilakukan sebagai pembungkus kapsul
yang cara produksinya biasanya digunakan metode injection dimana proses ini tidak
continue.
IV. PENUTUP
4.1
Simpulan
Berdasarkan
makalah diatas maka dapat disimpulkan bahwa sintesis polilaktida dari asam
laktat dengan metode pembukaan cincin dapat dilakukan dengan bantuan katalis
lipase. Penggunaan metode pembukaan cincin dengan cara kondensasi dapat di
terapkan dalam industri guna menghasilkan polilaktida yang berguna bagi
masyarakat.
4.2
Saran
Penulis
menyarankan beberapa hal yang berkaitan dengan proses sintesis polilaktida dari
asam laktat dengan metode pembukaan cincin yaitu:
·
Untuk pemurnian polilaktida tidak
menggunakan katalis logam yang sifatnya sulit untuk dipisahkan dengan produk.
·
Menciptakan alat peraga sederhana yang
tidak memerlukan biaya banyak agar pembelajaran dapat lebih leluasa dan
mencetak tenaga pengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Fitri,
Eka.2013. Polimer. (online) (http://www.academia.edu/9237045/Polimer
, diakses pada tanggal 18 oktober 2020).
Istiqomah, Farida.2013.
Makalah Polimer. (online) (http://sejengkalpengetahuan.blogspot.co.id/2013/09/makalah-polimer.html
, diakses pada tanggal 18 oktober 2020).
Subiyakto,Abi.2014. Polimer. (online) (http://pengetahuanmateri.blogspot.co.id/2014/03/makalah-polimer.html
, diakses pada tanggal 19 oktober 2020) http://haiyulfadhli.blogspot.com/2015/09/sintesis-polimer.html
diakses pada tanggal 19 oktober 2020.