Bagi teman teman yang ingin mengambil artikel ini sebagai referensi dan sebagainya tolong untuk tinggalkan pesan pada kolom komentar. Terimakasih :)
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
PT
Mitra Usaha Presisi adalah perusahaan yang berdiri sejak tahun 2018 bergerak di
bidang jasa kalibrasi, penjualan
alat laboratorium, konsultan
dan pelatihan sumber daya manusia (SDM). Salah satu lingkup
kalibrasi di laboratorium kalibrasi PT X.
Termometer Inframerah (Infrared
Thermometer) disebut juga Termometer laser
adalah sebuah alat ukur suhu yang
dapat mengukur temperature atau suhu tanpa bersentuhan dengan obyek yang
akan diukur suhunya. Perbedaan sensor jenis ini dengan sensor-sensor suhu (temperature) lain salah satunya adalah
dari cara kerja sensor, yang mana sensor jenis ini dapat mengukur temperature
tanpa melakukan kontak langsung terhadap objek/target. Sensor ini sering juga
disebut Pyrometer.
Dalam
sebuah pengukuran tidak selamanya alat ukur yang kita gunakan itu benar dan
akan terdapat kesalahan atau penyimpangan dari hasil pembacaan alat ukur
tersebut. Masalah tersebut biasanya disebabkan dari pengaruh keakuratan sensor, usia alat ukur yang
semakin lama akan mempengaruhi terhadap daya baca sensor dan pengaruh
lingkungan serta pengaruh dari bagaimana penggunaan alat ukur oleh penggunanya.
Misalnya pada sebuah kasus pengukuran suhu mengunakan alat ukur Termometer Inframerah dimana suatu instrument untuk proses
produksi yang memiliki set point 50 oC akan diukur pembacaan suhu
nya. Setelah dilakukan pengukuran menggunakan Termometer Inframerah hasil
pengukuran yang terbaca oleh Termometer Inframerah tidak menunjukan sesuai
dengan set point instrument yang diukur (hasil pengukuran Infrared Thermometer 55 oC). Untuk memastikan kebenaran hasil pengkuran tersebut maka alat
ukur yang digunakan harus dilakukan kalibrasi yaitu untuk memastikan kesalahan
atau penyimpangan yang dimiliki alat ukur tersebut.
Kalibrasi
Termometer Inframerah yang dilakukan mengacu pada Standard Test Method for Calibration and Accuracy Verifification of
Wideband Infrared Thermometers (ASTM E2847-14) menggunakan standar black body. Black body adalah objek yang menyerap seluruh radiasi
elektromagnetik yang jatuh kepadanya, tidak ada radiasi yang dapat keluar atau
dipantulkannya. Pada proses kalibrasi kali ini menggunakan black body dengan nilai emisivitas 0.95 dan suhu terkalibrasi pada (50
– 350) ˚C.
1.2
Tujuan
Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian pembacaan Termometer Inframerah
di PT X dapat mendeteksi radiasi thermal yang ada di alat black body melalui pancaran cahaya
inframerah dengan menghitung nilai ketidakpastian dan nilai koreksi Termometer
Inframerah.
1.3
Manfaat
Percobaan ini
bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana keakuratan hasil pengukuran suhu yang
tunjukkan Termometer Inframerah terhadap standar black body dengan suhu yang telah ditentukan.
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
2.1
Tempat
dan Waktu
Percobaan ini merupakan bagian dari kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di Laboratorium Kalibrasi PT X. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri dilakukan pada bulan Maret hingga september 2021.
2.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari alat uji, alat standar, dan alat penunjang. Alat uji yang digunakan yaitu Termometer Inframerah dengan rentang suhu 50 - 350˚C. alat standar yang digunakan adalah kalibrator radiator ideal, yaitu benda hitam atau lebih umum disebut sebagai black body yang memiliki rentang suhu 50 – 500˚C. Alat penunjang yang digunakan adalah kuas halus, mistar dengan panjang 30 cm, dan thermohygrometer. Bahan yang digunakan adalah sarung tangan karet.
2.3
Cara Kerja
2.3.1
Tahap Preparasi
Kalibrasi Termometer Inframerah
dilakukan pada kondisi suhu ruangan 20 -
25 °C
±
1 °C.
Pastikan bahwa kabel power suply sudah terpasang, pada stabilzer 110 v. Display
bawah merupakan indikator yang gunakan untuk seting dalam menaikan atau
menurunkan temperatur. Display atas merupakan indikator untuk menunjukan nilai
aktual temperatur setelah mencapai titik stabil. Sett adalah tombol fungsi untuk masuk ke dalam menu pengaturan suhu
yang akan di kalibrasi, Tanda tombol
untuk menaikan temperatur, sedangkan tanda tombol untuk menurunkan temperatur. Bersihkan
lensa objektif Termometer Inframerah dengan cara menghilangkan debu yang
menempel dengan menggunakan kuas halus. Pembersihan dilakukan dibawah cahaya
lampu. Periksa baterai dari termometer, bila sudah lemah ganti dengan baterai
yang baru.
2.3.2
Tahap Kalibrasi
Black
body dan Termometer Inframerah diposisikan tegak lurus
pada permukaan black body. Identitas
alat meliputi nama, nomor seri, merk, tipe, distance
factor, dan emisivitas dicatat pada data
sheet kalibrasi.
Termometer Inframerah diarahkan ke
permukaan black body pada jarak yang
telah disesuaikan dengan faktor jarak (distance
factor) yang tertera pada alat. Black
body dinyalakan pada nilai awal suhu kalibrasi, setelah suhu pada black body stabil dilakukan pengukuran
suhu dengan urutan sebagai berikut: 50 ˚C, 100 ˚C, 200 ˚C, 300 ˚C, kemudian
masing masing diulang sebanyak lima kali. Suhu termometer black body dinaikkan sesuai dengan titik ukur yang akan dikalibrasi
selanjutnya. Langkah tersebut dilakukan sampai titik kalibrasi akhir tercapai.
Termometer Inframerah harus
dipertahankan selalu terarah ke bagian tengah permukaan black body. Suhu black body diturunkan
setelah proses kalibrasi selesai, misalnya pada 50 ˚C. Black body kemudian dapat dimatikan bila suhu setting sudah tercapai.
2.3.3 Tahap Pengolahan Data
Sumber-sumber ketidakpastian pada pengukuran Termometer Inframerah terdiri dari 5 sumber ketidakpastian yang meliputi ketidakpastian baku standar (black body), ketidakpastian baku resolusi alat, ketidakpastian baku keterulangan (Repeatability), Drift standar, dan ketidakpastian baku stabilitas standar.
2.3.3.2 Evaluasi Komponen Ketidakpastian
Pada percobaan ini, hasil pembacaan Termometer Inframerah untuk mendapatkan nilai koreksi dan nilai ketidakpastian pengukuran Termometer Inframerah menggunakan aplikasi microsoft excel. Sebelum nilai koreksi dan nilai ketidakpastian pengukuran Termometer Inframerah dihitung, terlebih dahulu dihitung rerata pembacaan pada setiap ulangan menggunakan rumus.
Nilai koreksi pada alat menunjukkan besar
penyimpangan atau kesalahan alat
dalam hal pengukuran. Nilai koreksi pada Termometer Inframerah dapat dihitung, menggunakan rumus
sebagai berikut :
K = Texp − Tukur
Keterangan :
K : Nilai koreksi ( ˚C)
Texp : Nilai suhu
standar terkoreksi ( ˚C)
Tukur :
Nilai suhu alat ( ˚C)
Nilai ketidakpastian dapat diketahui dengan menghitung nilai standar deviasi alat Termometer Inframerah dengan 5 kali ulangan menggunakan rumus SD.
Setelah menghitung nilai rerataan yang kemudian didapatkan nilai koreksi, maka selanjutnya menentukan nilai standar deviasi menggunakan rumus diatas. Kemudian sumber ketidakpastian pengukuran Termometer Inframerah yang telah ditentukan dapat dihitung menggunakan rumus. Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung nilai komponen ketidakpastian Termometer Inframerah:
2.3.3.2.1
Ketidakpastian baku standar black body
Pembacaan pada black body mempunyai ketidakpastian bentangan hasil kalibrasi alat standar dengan tingkat kepercayaan 95% (U95). Ketidakpastian standar ini mempunyai distribusi normal, dengan nilai k (coverage factor) pada sertifikat kalibrasi alat standar. Black body calibrator yang digunakan yang mempunyai ketidakpastian.
2.3.3.2.2
Ketidakpastian baku stabilitas
standar
Ketidakpastian baku akibat resolusi mempunyai distribusi rectangular.
2.3.3.2.3
Ketidakpastian baku resolusi alat
Keterbatasan pembacaan pada alat akibat resolusi menimbulkan suatu ketidakpastian pengukuran. Batas kesalahan pembacaan akibat keterbatasan resolusi ditetapkan sebesar setengah dari resolusi alat. Ketidakpastian baku akibat resolusi mempunyai distribusi rectangular.
2.3.3.2.4
Ketidakpastian Repeatability
Nilai yang terbaca oleh alat pada pengukuran yang berulang mempunyai ketidakpastian baku sebesar ESDM (Experimental Standard Deviation of the Mean).
2.3.3.2.5
Ketidakpastian drift standar
Black body mempunyai pola drift dari hasil kalibrasi yang terdahulu. Ketidakpastian baku akibat drift mempunyai distribusi rectangular.
2.3.3.2.6
Ketidakpastian Gabungan
Nilai komponen ketidakpastian yang diperoleh kemudian digabungkan dan digunakan untuk menghitung nilai ketidakpastian bentangan atau diperluas. Berikut merupakan rumus untuk menghitung nilai ketidakpastian baku gabungan dan ketidakpastian bentangan Termometer Inframerah.
2.3.3.2.7
Ketidakpastian Bentangan
Ketidakpastian bentangan dihitung dengan mengalikan ketidakpastian baku gabungan dengan faktor cakupan k. Faktor cakupan k nilainya tergantung pada derajat kebebasan efektif Veff dan tingkat kepercayaan 95%.
Nilai koreksi dan nilai ketidakpastian pengukuran Termometer Inframerah pada pembacaan standar black body didapatkan dari pengolahan data menggunakan aplikasi microsoft excel.
BAB III HASIL
DAN PEMBAHASAN
Radiasi
Inframerah merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik. Range Inframerah
diantara cahaya tampak dan gelombang radio. Panjang gelombang Inframerah
biasanya dinyatakan dalam mikron, dengan sepektrum Inframerah diantara 0,7-1000
mikron. Hanya 0,7-14 micron yang digunakan untuk pengukuran temperatur menggunakan
infra merah. Radiasi Inframerah tidak bisa dilihat, namun manusia bisa
merasakannya sebagai panas. Masing-masing benda dengan temperatur diatas nol
absolut (-273,15°C = 0 Kelvin) memancarkan radiasi elektromagnetik dari
permukaannya. Dimana radiasi ini sebanding dengan temperatur intrinsik. Bagian
dari temperatur intrinsik ini adalah radiasi Inframerah yang kemudian bisa
digunakan untuk mengukur temperatur benda (RALEIGH,
2008).
Tujuan utama dari kalibrasi Termometer Inframerah
adalah membuat adanya keterkaitan antara hasil pengukuran termometer dengan
standar nasional. Keterkaitan tersebut dapat diperoleh melalui serangkaian
proses kalibrasi sehingga tercipta suatu
jalur komparasi yang tidak terputus
antara standar nasional dan termometer tersebut (WIRIADINATA, 2015).
3.1
Kalibrasi Termometer Inframerah
Benda yang secara keseluruhan
non-reflective dan buram akan menyerap energi radiasi yang diterima permukaan
benda itu. Tipe benda ini adalah absorber sempurna dan akan menjadi pemancar
sempurna radiasi infra merah yang biasa disebut benda hitam. Perlu diingat
bahwa benda hitam adalah alat secara teori, dimana tidaklah sama dengan hitam
pada warna. Di lapangan, ditemukan bahwa permukan benda bukan absorber sempurna
dan cenderung untuk memancarkan dan merefleksikan energi infra merah. Objek
non-benda hitam akan menyerap energi lebih sedikit dibanding benda hitam pada
kondisi yang sama. Karena itu objek non-benda hitam akan meradiasi lebih
sedikit energi infra merah meskipun pada temperatur yang sama. Pemahaman akan
kemampuan permukaan untuk meradiasi energi infra merah sangat penting untuk
mencapai pengukuran akurat dengan termometer infra merah.
Emisivitas adalah perbandingan antara energi yang diradiasi oleh material terhadap energi yang diradiasi benda hitam pada temperatur yang sama. Ini berhubungan dengan mengukur kemampuan material untuk menyerap dan meradiasi energi. Benda hitam sesungguhnya memiliki ε = 1 sedangkan benda nyata memiliki ε < 1.
Agar Termometer Inframerah dapat mengukur dengan teliti, detektornya harus memiliki respons spektral pada salah satu panjang gelombang tersebut. Daerah panjang gelombang Inframerah mencakup sebagian besar suhu rendah dan menengah sehingga Termometer Inframerah memiliki kemampuan untuk mengukur suhu yang dimulai dari suhu -50 ˚C sampai dengan 2.000 ˚C bergantung pada respons spektral detektor yang digunakan oleh Termometer Inframerah. Pada Tabel 1. ditunjukkan rentang ukur Termometer Inframerah untuk berbagai panjang gelombang.
Tabel 1. rentang ukur Termometer Inframerah
untuk berbagai panjang gelombang.
Detektor |
Respon spektral (mm) |
Rentang ukur ( ˚C) |
Pyroelectric |
8-13 |
-50 – 1000 |
Pyroelectric |
8-14 |
-50 – 500 |
InGaAs |
1.6 |
150 – 1000 |
Silicon |
0.9 |
400 – 2000 |
Pengukuran suhu dengan Termometer Inframerah
merupakan pengukuran suhu secara nonkontak dengan berdasarkan bahwa setiap
benda yang suhunya diatas 0 K (-273,15˚C) akan mengemisikan radiasi panas yang
besarnya sebanding dengan suhu benda tersebut. Termometer nonkontak
akan mengukur radiasi panas
tersebut dan mengubahnya menjadi besaran suhu yang ditampilkan pada layar peraga (display) termometer tersebut (WIRIADINATA, 2015).
3.2
Nilai Koreksi Termometer Inframerah
Termometer yang akan dikalibrasi memiliki
rentang suhu (50-350) °C dengan resolusi 0,1 °C. Titik yang kalibrasi dilakukan
pada (50,0; 100,0; 200,0; 300,0) serta nilai emisivitas alat standar sebesar 0,95.
Proses kalibrasi dilakukan di laboratorium kalibrasi dengan suhu ruang (20-25)
°C dan kelembaban udara 50-50-60%RH.
Ketertelusuran Termometer Inframerah tersebut dinyatakan dengan nilai koreksi, yaitu selisih antara nilai penunjukan suhu standar dengan suhu alat yang dikalibrasi. Hasil kalibrasi Termometer Inframerah dan nilai koreksi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai
Koreksi Termometer Inframerah
Setting Temperature (°C) |
Pembacaan IR Sensor (°C) |
Rata-rata (°C) |
Koreksi Rata-rata (°C) |
Stdev |
Koreksi Standar (°C) |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
||||||
50 |
Standar |
50.0 |
50.0 |
50.0 |
50.0 |
50.0 |
49.7 |
1.8 |
0.0447 |
-0.3 |
Alat |
47.9 |
47.8 |
47.9 |
47.9 |
47.9 |
47.9 |
||||
100 |
Standar |
100.0 |
100.0 |
100.0 |
100.0 |
100.0 |
99.6 |
4.9 |
0.0548 |
-0.4 |
Alat |
94.8 |
94.7 |
94.7 |
94.7 |
94.8 |
94.7 |
||||
200 |
Standar |
200.0 |
200.0 |
200.0 |
200.0 |
200.0 |
199.5 |
9.1 |
0.0894 |
-0.5 |
Alat |
190.4 |
190.6 |
190.4 |
190.4 |
190.4 |
190.4 |
||||
300 |
Standar |
300.0 |
300.0 |
300.0 |
300.0 |
300.0 |
299.1 |
13.1 |
0.0837 |
-0.9 |
Alat |
285.9 |
286.1 |
285.9 |
286.0 |
286.0 |
286.0 |
Menurut WIRIADINATA (2015), Agar koreksi dan ketidakpastian hasil
kalibrasi dapat dipergunakan, harus ada kesesuaian antara
jarak pada proses
kalibrasi dengan jarak optimalnya. Bila tidak sesuai,
kemungkinan bisa terjadi kesalahan pengukuran karena faktor size of source effect (SSE). Nilai koreksi
Termometer Inframerah pada percobaan ini didapatkan dari selisih antara nilai rerata suhu standar dan rerata suhu alat.
Nilai koreksi yang dihasilkan pada setiap titik ukur bervariasi, dalam tabel
diatas didapatkan semakin tinggi suhu yang di setting maka semakin besar pula nilai koreksi dan juga nilai
standar deviasi yang didapatkan seperti pada suhu 50 ˚C nilai koreksi sebesar
1.8 berbeda jauh dengan suhu 100 dengan nilai koreksi 4.9 begitu pula dengan
suhu diatasnya. Nilai koreksi dan standar deviasi yang makin besar menyebabkan
ketidakseragaman data dimana data standar jauh dengan data yang ada pada alat, hal
ini dapat disebabkan karena faktor kestabilan alat, jarak atau pengaruh dari
lingkungan pada saat dilakukan proses pengukuran.
Pengaruh suhu pembacaan kalibrasi Termometer Inframerah juga disebabkan
radiasi panas dari target ukur mengalami penghamburan (scattering) dan difraksi (diffraction)
sehingga arah radiasi panas melenceng dari arah yang menuju detektor
termometer. Di samping itu, radiasi panas dari benda lain yang tidak tercakup
oleh medan pandang Termometer Inframerah kemungkinan bisa masuk ke sistem optik
dan terdeteksi oleh detektor Termometer Inframerah. Karena tiga hal ini, akan
terjadi kesalahan pengukuran akibat faktor jarak yang berkaitan dengan ukuran
diameter target ukur. Kesalahan pengukuran ini disebut size of source effect (SSE) (SAUNDERS DAN HAMISH, 2009).
Gambar 3. Perbandingan spot dan jarak
untuk pengukuran
Sesuai metode ASTM
E 2847-14 untuk menentukan jarak tembak sebagai referensi sesuai dengan spesifikasi Distance (jarak) yang tertera pada Termometer
Inframerah yang akan di kalibrasi dan dalam percobaan ini jarak optimal untuk
kalibrasi alat Termometer Inframerah adalah 300 mm atau 30 cm.
3.3
Estimasi Ketidakpastian Termometer Inframerah
Menurut KAN (2003), ketidakpastian adalah ukuran sebaran yang secara layak dapat dikaitkan dengan nilai terukur. Yang memberikan rentang, terpusat pada nilai terukur, dimana di dalam rentang tersebut terletak nilai benar dengankemungkinan tertentu. Ketidakpastian hasil pengukuran mencerminkan kurangnya pengetahuan yang pasti tentang nilai besaran ukur. Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan sistematik masih berupa taksiran nilai besaran ukur karena masih terdapat ketidakpastian yang berasal dari pengaruh acak dan koreksi kesalahan sistematik yang tidak sempurna.
Tabel 3.
Ketidakpastian Termometer Inframerah
Temperature
(°C) |
Faktor
cakupan |
ketidakpastian
gabungan(°C) |
Ketidapastian
bentangan(°C) |
|
50 |
2,0 |
1,46 |
2,9 |
|
100 |
2,0 |
1,41 |
2,8 |
|
200 |
2,0 |
1,61 |
3,2 |
|
300 |
2,0 |
1,91 |
3,8 |
|
Seluruh
komponen ketidakpastian kemudian dikombinasikan untuk mendapatkan nilai
ketidakpastian gabungan (Uc). Masing-masing komponen ketidakpastian baku
dikalikan dengan koefisien sensitivitas (Ci), koefisien sensitivitas
mengkonversi semua komponen ketidakpastian ke dalam satuan yang sama dengan
besaran ukur. Pada kalibrasi Termometer Inframerah, setiap ketidapastian baku
memiliki satuan yang sama sehingga nilai koefisien sensitivitas adalah 1. Untuk
beberapa aplikasi komersial, industri, dan regulasi diperlukan nilai
ketidakpastian dengan tingkat kepercayaan diatas 68%. Ukuran ketidakpastian
yang memenuhi persyaratan ini disebut
ketidakpastian diperluas (U95
) pada rentang kepercayaan
95%, yang diperoleh
dengan mengalikan dengan faktor cakupan (k).
Secara
umum, nilai faktor cakupan k dipilih berdasarkan tingkat kepercayaan yang
diinginkan untuk dihubungkan dengan interval yang ditentukan oleh U = k.uc(y).
Biasanya, k berada dalam kisaran 2 sampai 3. Ketika distribusi normal berlaku
dan uc(y) adalah suatu estimasi yang sesuai dengan simpangan baku dari y maka U
= 2.uc(y) (yaitu, k = 2) adalah ketidakpastian yang memiliki tingkat kepercayaan
sekitar 95%, dan U = 3.uc(y). (yaitu, k = 3) adalah ketidakpastian yang
memiliki tingkat kepercayaan sekitar 99,7%. Dan di PT X kalibrasi
untuk alat ukur suhu Termometer Inframerah berada dalam selang kepercayaan 95%
yang artinya nilai faktor cakupan yang diambil adalah sebesar 2.
Tabel 4. Pelaporan
hasil estimasi ketidakpastian Termometer Inframerah
Temperature
(°C) |
Rata-rata |
Koreksi(°C) |
Ketidakpastian(°C) |
Pelaporan
hasil uji |
||
50 |
Standar |
49,7 |
1,8 |
2,9 |
50
± 2,9 |
|
Alat |
47,9 |
|||||
100 |
Standar |
99,6 |
4,9 |
2,8 |
100
± 2,8 |
|
Alat |
94,7 |
|||||
200 |
Standar |
199,5 |
9,1 |
3,2 |
200
± 3,2 |
|
Alat |
190,4 |
|||||
300 |
Standar |
299,1 |
13,1 |
3,8 |
300
± 3,8 |
|
Alat |
286,0 |
Berdasarkan Tabel 4.
Ketidakpastian yang didapatkan dari
Termometer Inframerah yang dilakukan sebanyak 5 kali ulangan mendapatkan
nilai ketidakpastian berbeda beda. Ini dikarenakan setiap kenaikan suhu
terdapat beberapa faktor yang menghambatnya seperti ada kondisi ruangan
laboratorium yang tidak stabil, jarak yang kadang tidak sesuai dengan
pengulangan sebelumnya, dan kesalahan analis. Ketidakpastian pada suhu 50˚C didapatkan
nilai ketidakpastian 2,9, nilai ketidakpastian memberikan perkiraan lokasi
nilai ukur sebenarnya yang dimana pada suhu 50 ˚C memiliki rentang (50,0 ± 2,9) ˚C. artinya nilai sebenarnya pada suhu 50 ˚C
berada pada rentang (47,1 – 52,9) ˚C. Sama halnya dengan suhu 100 ˚C; 200 ˚C;
300 ˚C Ketelitian suatu
pengukuran akan ditentukan oleh besar dan kecilnya nilai
ketidakpastian dari pengukuran tersebut. Semakin kecil
ketidakpastiannya maka semakin teliti suatu pengukuran. Karena ketidakpastian
selalu menyertai setiap pengukuran, pelaporan hasil pengukuran akan lengkap
bila disertai dengan informasi ketidakpastian dan untuk melakukan estimasi
nilai ketidakpastian bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena hal ini
memerlukan beberapa pendukung, salah satu di antaranya adalah kompetensi
seseorang dalam bidang pekerjaannya., semakin kecil nilai ketidakpastian maka
semakin teliti suatu pengukuran. Karena
hasil estimasi ketidakpastian dipengaruhi oleh profesionalitas individu maka
bisa jadi nilai estimasi ketidakpastian yang diperoleh akan berbeda untuk kasus
pengukuran yang sama sehinggga akan menimbulkan masalah hasil ukur antara
pengukur yang satu dan yang lain. Hal seperti ini mungkin bisa dikurangi bila
masing-masing individu mengacu pada panduan yang sama dalam menghitung ketidakpastian
(WIRIADINATA, 2009).
Menurut NICHOLAS AND WHITE (2005), Ketelitian pengukuran suhu Termometer Inframerah sangat bergantung kepada jarak saat pengukuran dilakukan, jarak yang sangat dekat dapat membuat pengukuran suhu menjadi lebih teliti namun sensor akan dipaksa terus menerus bekerja pada kemampuan maksimumnya sehingga dapat membuat termometer menjadi rusak, jarak yang terlalu jauh juga dapat membuat ketelitian pembacaan Inframerah tidak teliti karena radiasi panas yang merambat di udara akan mengalami hambatan dalam bentuk penyerapan oleh uap air dan CO2 serta hamburan oleh debu sehingga besarnya radiasi panas yang diterima oleh Termometer Inframerah tidak utuh lagi. Adanya hamburan radiasi panas oleh debu merupakan hambatan yang tidak bisa diatasi sehingga dipilih jarak optimal untuk kalibrasi Termometer Inframerah yaitu pada jarak 30 cm. suhu lingkungan juga mempengaruhi pengukuran suhu karena adanya jarak antara Termometer Inframerah dengan black body mengakibatkan adanya ruang yang dapat diisi oleh suhu lingkungan dan menyebabkan Termometer Inframerah juga akan membaca suhu lingkungan, jika dibawah suhu 20˚C maka suhu yang terbaca di Termometer Inframerah bisa lebih rendah dibandingkan dengan yang terdapat pada black body.
Kesalahan lain yang dapat menyebabkan pengukuran Termometer Inframerah menjadi besar ialah tidak sesuainya emisivitas benda dengan alat Termometer Inframerah. Termometer Inframerah akan menunjukkan hasil ukur yang salah bila emisivitas Termometer tersebut tidak diubah sama dengan emisivitas benda yang diukur. Sebelum melakukan pengukuran, emisivitas target ukur harus terlebih dahulu diketahui ( WIRIADINATA, 2015).
BAB IV SIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan kalibrasi Termometer Inframerah di PT X mengacu pada Standard Test Method for Calibration and Accuracy Verifification of Wideband Infrared Thermometers (ASTM E2847-14) dengan standar black body. Hasil kalibrasi diperoleh ketidakpastian bentangan dengan tingkat kepercayaan 95% untuk masing masing suhu yaitu (50,0 ± 2,9; 100 ± 2,8; 200 ± 3,2; 300 ± 3,8) ˚C dengan nilai koreksi masing masing titik ukur yaitu (1,8; 4,9; 9,1; 13,1).
Keyword: kalibrasi termometer inframerah, kalibrasi termometer gun, kalibrasi thermometer infrared, kalibrasi termometer radiasi, kalibrasi termometer digital.